Pages

Sabtu, 22 Oktober 2011

COOP TELKOM (Part II)

Pasti pada Dag..Dig..Dug.. ni buat nungguin penguman Coopnya. Lulus gak ya???.. Hmmmmmm....
Jika anda merasa sudah optimal dalam menjalankan serangkaian tes yang diadakan pihak Telkom, Yakin dan Percayalah anda adalah kandidat yang akan berkesempatan untuk mengikuti program ini.

Ok..Ok..Saya Ucapakan Selamat Buat anda yang Lulus dan dinyatakan berhak untuk mengikuti program ini.
Sebelum teman-teman mulai mengikuti kegiatan magang coop ini, teman-teman semua terlebih dahulu dihadapkan pada kontrak kerja yang mengatur hak dan kewajiban teman-teman semua selama kegiatan coop ini berlangsung. Baca baik-baik kontrak tersebut sebelum teman-teman menandatanganinya. Karena jika teman-teman melanggar 1 point saja, teman-teman sudah melakukan 'wan prestasi'.

Jika teman-teman sudah merasa cocok dengan kontrak tersebut, maka kali ini saya akan menjelaskan pembagian devisi dimana teman-teman melakukan kegiatan pemagangan ini. Berdasarkan pengalaman saya sebagai salah satu peserta program coop ini, ada beberapa devisi yang biasanya dijadikan penempatan magang diantaranya.
1. Devisi Business Service (DBS)
2. HRD
3. CIS.
4. UNER
5. DIVA 
6. CDC.
7. Marketing
8. Finance
9. Direct Channel
10. Devisi Telkom Flexi
11. Customer Care

Nahh... Masalah penempatan ini, biasanya disesuaikan kebutuhan devisi tersebut. Jadi teman-teman tidak bisa rikwes devisi tertentu untuk penempatan. Misalnya saja saya. Saya merupakan Lulusan program studi Financial Management malah ditempatkan di devisi Marketing. Gak nyambung banget kan...Yah.. Tapi seiring    
berjalannya waktu, saya mulai bisa beradaptasi dengan dunia marketing. Hal ini justru memberikan banyak manfaat untuk diri saya.

Terkait mengenai program ini, setiap peserta diwajibkan melaporkan setiap aktivitas dalam bentuk jurnal kerja setiap bulannya. Dan pada akhir pelaksanaan program ini, setiap peserta diwajibkan untuk membuat laporan kegiatan baik itu kegiatan yang bersifat administratif maupun projek.

Kamis, 06 Oktober 2011

Coop Telkom ( Part I )

Selamat datang di blog saya. Jika anda sedang mencari informasi tentang program coop telkom, anda sedang berada di tempat yang tepat. Apa sih itu coop..???, Pasti ada yang uda tau dan ada juga yang belum tau. Bagi yang belum tau, mudah-mudahan informasi yang saya bagikan ini bermanfaat bagi anda.

Coop telkom merupakan salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility) yang dilakukan oleh PT Telkom. Coop atau Cooperative Education Academic setiap tahunnya dilakukan oleh PT.Telkom dengan kurang lebih 60 PTN dan PTS yang tersebar dari sabang sampai merauke ( Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di situs resmi PT.Telkom yakni www.telkom.co.id.
Adapun persyaratan untuk peserta yang ingin ikut dalam program ini antara lain:
  • Pastikan kampus anda telah terdaftar menjalin kerja sama program coop ini dengan PT.Telkom
  • Mahasiswa S1 yang telah berada minimal semester 7 atau telah menempuh minimal 110 SKS
  • Bersedia magang fulltime di telkom grup
  • Maksimal 25 Tahun
  • IPK minimal 2,75 
  • Memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik
  • Aktif di berbagai organisasi kampus
  • Sehat Jasmani & Rohani dan Berkelakuan baik
Jika anda merasa telah memenuhi kriteria diatas, langkah selanjutnya adalah mendaftar diri dengan membuat surat permohonan magang yang ditujukan untuk HR Telkom Bandung. Surat permohonan tersebut dilengkapi dengan berkas dan diserahkan kepada bidang akademik kampus. dan silahkan anda menunggu konfirmasi mengenai waktu dan tempat ujian untuk program coop ini.

Jika anda lolos seleksi administrasi, pihak PT.Telkom akan mengirim SMS konfirmasi mengenai waktu dan tempat pelaksanaan tes untuk program coop ini. Adapun tahapan seleksinya antara lain :
1. Tes Tertulis
Sebelum tes tertulis dilakukan, para peserta terlebih dahulu diperkenalkan tentang PT.Telkom lewat presentasi oleh panitia yang datang dari langsung dari Bandung. Dalam presentasi itu akan dijelaskan juga mengenai perkembangan bisnis PT.Telkom dan tentunya dijelaskan mengenai program coop ini sejelas mungkin, diantaranya apa saja yang akan peserta dapatkan jika tergabung dalam prograjm coop ini.
Tips : Perhatikan dengan seksama semua penjelasan presener yang menjelaskan tentang PT.Telkom karena jawaban untuk pertanyaan yang akan muncul di ujian tertulis nanti merupakan apa yang dijelaskan dalam presentasi tersebut.Tes tertulis ini bentuknya dalam bahasa inggris yang terdiri dari 30 soal pilihan berganda dan 5 soal essay. 
Jawablah sebaik mungkin karena dalam tes tertulis ini menggunakan sistem gugur.
2. FGD ( Diskusi Kelompok)
Jika berhasil melewati tes tertulis, maka selanjutnya adalah tes FGD. Anda dan beserta teman sekelompok anda akan diberikan sebuah kasus dan anda harus memberikan solusi dalam masalah yang tertera dalam kasus tersebut.
3. Interview.
 Setelah melakukan tes FGD, maka tes selanjutnya adalah interview.
Keseluruhan tes tersebut dilakukan dalah sehari penuh, Jadi anda akan benar-benar persiapkanlah diri anda dengan sebaik-baiknya...

Selasa, 16 Agustus 2011

Jenis dan Fungsi Ulos Batak

Horas...!!!
Sebagai orang batak, maka kali ini saya akan mencoba membagikan informasi tentang budaya batak, apakah itu??. Dia adalah ulos batak. eitsss..!!! jangan ngaku orang batak kalau anda tidak tau apa itu ulos batak. Ulos adalah salah satu jenis pakaian tradisional dari suku batak, motif dan corak yang menarik dari ulos ini selalu menjadi menjadi hal menarik perhatian seseorang untuk melihat ulos. Tapi jangan salah ternyata warna, motif dan dan corak ulos memiliki makna dan fungsi masing-masing. 

Dalam suku batak, terdapat 28 jenis ulos diantaranya adalah:
  1. Ulos Antak-Antak, dipakai selendang orang tua melayat orang meninggal, dan dipakai sebagai kain dililit/ hohop hohop waktu acara manortor.
  2. Ulos Bintang Maratur, Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya didalam acara-acara yakni: Diberikan kepada anak yang memasuki rumah baru oleh orang tua, kalau diadat Toba Ulos ini diberikan waktu selamatan Hamil 7 Bulan oleh orang tua, tetapi lain halnya kalau di Tarutung Ulos ini yang diberikan waktu acara suka cita (“gembira”), Ulos ini juga diberikan kepada Pahompu yang baru lahir, parompa walaupun kebanyakan kasih mangiring apalagi yang maksudnya agar anak yang baru lahir diiringi anak selanjutnya, kemudian ulos ini dipakai untuk pahompu yang dibabtis dan juga dipakai untuk sebagai selendang
  3. Ulos Bolean, Ulos ini dipakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.
  4. Ulos Mangiring, Ulos ini dipakai selendang, Tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang dimaksud sebagai Simbol keinginan agar sianak diiringi anak yang seterusnya, bahkan Ulos ini dapat dipakai sebagai Parompa 
  5. Ulos Padang Ursa, dipakai sebagai Tali-tali dan Selendang.
  6. Ulos Pinan Lobu-Lobu, dipakai sebagai Selendang.
  7. Ulos Pinuncaan, Ulos ini sebenarnya terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu Ulos yang kegunaannya antara lain:Ulos ini dapat dipakai berbagai keperluan acara-acara duka cita atau suka cita, dalam acara adat ulos ini dipakai/ disandang oleh Raja-Raja Adat maupun oleh Rakyat Biasa selama memenuhi pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat suhut sihabolonon/ Hasuhutonlah (“tuan rumah”) yang memakai ulos ini, kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran, ulos ini juga dipakai/ dililit sebagai kain/ hohop-hohop oleh keluarga hasuhuton, dan Ulos ini sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan.
  8. Ulos Ragi Hotang, Ulos ini biasa diberi kepada sepasang pengantin yang disebut sebagai Ulos Hela.
  9. Ragi Huting, Ulos ini sekarang sudah Jarang dipakai, konon jaman orang tua dulu sebelum merdeka, anak-anak perempuan pakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari dililit didada (Hoba-hoba), dan kemudian dipakai orang tua sebagai selendang apabila bepergian.
  10. Ulos Sibolang Rasta Pamontari, Ulos ini kalau jaman dulu dipakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada jaman sekarang ini sibolang bisa dikatakan symbol duka cita, dipakai juga sebagai Ulos Saput (yang meninggal orang dewasa yang belum punya cucu), dan dipakai sebagai Ulos Tujung (Janda/Duda yang belum punya cucu), dan kemudian pada peristiwa duka cita Ulos ini paling banyak dipergunakan oleh keluarga dekat.
  11. Ulos Sibunga Umbasang dan Ulos Simpar, dipakai sebagai Selendang.
  12. Ulos Sitolu Tuho, Ulos ini dipakai sebagai ikat kepala atau selendang wanita,
  13. Ulos Suri-suri Ganjang, dipakai sebagai Hande-hande pada waktu margondang, dan dipergunakan sebagai oleh pihak Hula-hula untuk manggabe i borunya karena itu disebut juga Ulos gabe-gabe.
  14. Ulos Ragi Harangan, pemakaiannya sama dengan Ragi Pakko.
  15. Ulos Simarinjam sisi, dipakai sebagai kain, dan juga dilengkapi dengan Ulos Pinuncaan disandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani yang memakai ini satu orang paling depan.
  16. Ulos Ragi Pakko, dipakai sebagai selimut pada jaman dahulu dan pengantar wanita yang dari keluarga kaya bawa dua ragi untuk selimut yang dipergunakan sehari-hari, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua meninggal akan disaput pakai Ragi ditambah Ulos lainnya yang disebit Ragi Pakko lantaran memang warnanya hitam seperti Pakko.
  17. Ulos Tumtuman, dipakai sebagai tali-tali yang bermotif dan dipakai anak yang pertama dari hasuhutan.
  18. Ulos Tutur-Tutur, dipakai sebagai tali-tali dan sebagai Hande-hande yang sering diberikan oleh orang tua sebagai Parompa kepada cucunya.
Maka dari jenis dan fungsi Ulos ini, disebut pengenalan jati diri orang batak sesuai Budaya dan Adatnya, dan orang Batak dikenal dari Ulos yang disandangnya, sian Tortornya bahkan dari Tungkot na.

Proses Transformasi data Ordinal menjadi data Interval

Buat para rekan-rekan mahasiswa yang sedang dalam proses menyelesaikan T.A atau skripsi, pada kesempatan kali ini saya akan membagikan informasi mengenai transformasi data ordinal menjadi interval. Rekan-rekan semua pastinya sudah mengenal apa yang dimaksud dengan data ordinal dan data intervel bukan, data orninal merupakan data langsung yang akan kita peroleh dari proses rekapitulasi data, namun untuk dpat diregresi maka data ordinal tersebut terlebih dahulu harus diubah kedalam bentuk data interval.

Prosesnya transformasi data ini tergolong hal yang lumayan sulit, maka diperlukan konsentrasi lebih agar rekan-rekan semua dapat memahami proses transformasi data ini. Berikut ini saya akan menjabarkan proses transformasi data, silahkan rekan-rekan simak dan dimengerti.

Sebuah item yang memenuhi kriteria Likert dengan lima kategori respon, yaitu “sangat setuju” yang diberi skor 5; “setuju” diberi skor 4; “ragu-ragu” diberi skor 3; “tidak setuju” diberi skor 2; dan “sangat tidak setuju” diberi skor 1. Item tersebut dijawab oleh 100 orang responden. Untuk kepentingan analisis data, peneliti kemudian bermaksud menaikkan tingkat pengukuran ordinal menjadi interval.
Langkah kerja MSI:
  • Perhatikan banyaknya (frekuensi) responden yang menjawab atau memberikan respon terhadap alternatif jawaban yang tersedia. Misalnya: Frekuensi yang memilih jawaban “sangat setuju” = 25 orang; frekuensi yang memilih jawaban “setuju” = 17 orang; frekuensi yang memilih jawaban “ragu-ragu” = 34 orang; frekuensi yang memilih jawaban “tidak setuju” = 19 orang; dan frekuensi yang memilih jawaban “sangat tidak setuju” = 5 orang.
  • Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (yaitu n = 100). Berdasarkan langkah pertama diperoleh proporsi sebagai berikut:
Proporsi jawaban “Sangat Setuju” :  25/100 = 0,25
Proporsi jawaban “Setuju” : 17/100 = 0,17
Proporsi jawaban “Ragu-ragu” : 34/100 = 0,34
Proporsi jawaban “Tidak Setuju”: 19/100 =0,19
Proporsi jawaban “Sangat Tidak Setuju”  : 5/100 = 0,05
Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga diperoleh proporsi kumulatif (PK) berikut : 
Pk1 = 0,25
Pk2 = 0,25 + 0,17 = 0,42
Pk3 = 0,42 + 0,34 = 0,76
Pk4 = 0,76 + 0,19 = 0,95
Pk5 = 0,95 + 0,05 = 1
  • Menentukan nilai Z untuk setiap kategori. Sebelum menentukan nilai Z, perlu kita ketahui bahwa karakteristik kurva normal baku yang dikembangkan oleh Karl Gauss ini memiliki karakteristik: (a) kurvanya simetris, (b) kurvanya selalu di atas sumbu x atau berasimtut sumbu x (mendekati sumbu datar x atau memotong sumbu x pada x = ~), dan (c) luas kurva normal adalah luas antara kurva normal dengan sumbu datarnya yaitu sama dengan 1 satuan luas, yang terentang dari “min” tak terhingga (- ~) sampai dgn “plus” tak terhingga (+ ~).
Kurva Normal Baku

Perlu diperhatikan bahwa tanda “plus” dan “minus” dalam gambar selain merupakan tanda aljabar juga merupakan tanda arah. Tanda “plus” menandakan daerah kurva berada di sebalah kanan, yang dibatasi oleh garis simetris dan “plus” tak terhingga (+ ~). Sementara tanda “min” menandakan daerah kurva berada di sebelah kiri, yang dibatasi oleh garis simetris dan “min” tak terhingga (- ~). Berdasarkan keterangan di atas, terutama berkaitan dengan karakteristik kurva normal yang simetris, maka dapat diketahui bahwa luas kurva normal dari garis simetris ke “plus” tak terhingga (+ ~) adalah 0,5 satuan luas, dan luas kurva normal dari garis simetris ke “min” tak terhingga (- ~) juga sama yaitu 0,5 satuan luas, yang apabila dijumlahkan menjadi satu satuan luas.

Setelah kita membahas tentang kurva normal di atas, selanjutnya kita dapat menentukan nilai Z untuk setiap kategori pada skala Likert yaitu 5 untuk kategori “Sangat Setuju”, 4 untuk kategori “Setuju”, 3 untuk kategori “ragu-ragu”, 2 untuk kategori “Tidak Setuju”, dan 1 untuk kategori “Sangat Setuju”. Sebagai patokan untuk menentukan nilai Z setiap kategori adalah proporsi kumulatif yang diperoleh pada langkah ketiga. Sehingga nilai-nilai Z nya  adalah :
Nilai Z1 :  0,5 – Pk1 = 0,5 – 0,25 = 0,25 maka Z1 adalah = -0,67
Nilai Z2 :  0,5 – Pk2 = 0,5 – 0,42 = 0,08 maka Z2 = -0,20
Nilai Z3 :  Pk3 – 0,5 = 0,76 – 0,5 = 0,26 maka Z3 = 0,70
Nilai Z4 :  Pk4 – 0,5 = 0,95 – 0,5 = 0,45 maka Z4 = 1,64
Nilai Z5 :  Pk5 = 1, maka Z5 = ~
Untuk  memahami dari mana nilai-nilai Z diperoleh, perhatikan penjelasan berikut!
Nilai Z1 = -0,67, diperoleh berdasarkan nilai peluang 0,25 pada Tabel Z atau Tabel Distribusi Normal Baku. Pada Tabel Z ini memuat dua hal yaitu, nilai Z dan peluangnya. Perhatikan ilustrasi berikut

Dari gambar di atas, kita bisa mengetahui nilai Z terletak pada kolom pertama atau kolom paling kiri dari tabel, dan baris pertama atau baris paling atas dari tabel. Sementara nilai peluangnya terletak mulai dari kolom kedua dan baris kedua. Dengan demikian nilai Z terdiri dari 3 dijit, dan nilai peluangnya terdiri dari 5 dijit. Sebagai contoh perhatikan angka 0,2486 yang dilingkari pada tabel. Untuk mengetahui nilai Z dari nilai peluang 0,2486 ini, langkah pertama yang harus kita lakukan melihat nilai Z yang berada di kolom paling kiri dari tabel, yang sejajar dengan angka 0,2486. Pada tabel tertera angka 0,6. Selanjutnya untuk mencari 1 dijit tersisa, langkah yang harus kita lakukan adalah melihat nilai Z yang berada di baris paling atas dari tabel, yang sejajar dengan angka 0,2486. Pada tabel tertera angka 0,07. Kedua nilai Z yang kita peroleh tadi apabila kita gabungkan (untuk mempermudah, kita bisa menjumlahkannya, yaitu 0,60 + 0,07 = 0,67) akan diperoleh angka 0,67. Dengan demikian nilai Z untuk nilai peluang 0,2486 adalah 0,67.
Kembali pada kasus yang sedang kita bahas, untuk menentukan nilai Z1 dari nilai peluang 0,25, kita bisa melakukan langkah seperti yang telah kita bahas pada contoh. Pada kasus kita ini nilai peluang 0,25 tidak terdapat pada tabel. Apabila kita menemukan hal seperti ini, maka langkah yang dapat kita lakukan untuk mencari nilai Z nya adalah dengan Interpolasi Linier. Istilah interpolasi linier diartikan sebagai membuat perhitungan antara dua nilai yang ada, dengan menganggap sebuah lengkungan sebagai garis lurus.
Langkah kerjanya : (a) Perhatikan nilai peluang 0,25, terletak antara nilai peluang  berapa? Pada tabel tampak nilai peluang 0,25 terletak antara 0,2486 dan 0,2517. (b) Nilai Z pada peluang 0,2486 adalah 0,67, dan nilai Z pada peluang 0,2517 adalah 0,68. Sehingga nilai Z untuk nilai peluang = 0,25 adalah :

Jadi nilai Z untuk peluang 0,25 adalah 0,6745. Perlu kita perhatikan bahwa peluang 0,25 pada kurva normal ada di sebelah kiri sehingga harus kita beri tanda “min” pada nilai Z nya. Sehingga nilai Z1 pada peluang 0,25 adalah -0,6745.
Nilai Z2 dapat dihitung sebagai berikut:  (1) Perhatikan nilai peluang 0,08 pada tabel. Nilai ini terletak antara nilai peluang 0,0793 dan 0,0832. (2) Nilai Z pada peluang 0,0793 adalah 0,20, dan nilai Z pada peluang 0,0832 adalah 0,21. Sehingga nilai Z untuk nilai peluang = 0,08 adalah :

Jadi nilai Z untuk peluang 0,08 adalah 0,2018. Perlu kita perhatikan bahwa peluang 0,08 pada kurva normal ada di sebelah kiri sehingga harus kita beri tanda “min” pada nilai Z nya. Sehingga nilai Z2 pada peluang 0,08 adalah -0,2018.
Nilai Z3 dapat dihitung sebagai berikut:  (a) Perhatikan nilai peluang 0,26 pada tabel. Nilai ini terletak antara nilai peluang 0,2580 dan 0,2611. (b) Nilai Z pada peluang 0,2580 adalah 0,70, dan nilai Z pada peluang 0,2611 adalah 0,71. Sehingga nilai Z untuk nilai peluang = 0,26 adalah :

Jadi nilai Z untuk peluang 0,26 adalah 0,7065. Perlu kita perhatikan bahwa peluang 0,26 pada kurva normal ada di sebelah kanan sehingga harus kita beri tanda “plus” pada nilai Z nya. Biasanya tanda “plus” ini pada prakteknya jarang disertakan. Sehingga nilai Z3 pada peluang 0,26 adalah 0,7065.
Nilai Z4 dapat dihitung sebagai berikut: (a) Perhatikan nilai peluang 0,45 pada tabel. Nilai ini terletak antara nilai peluang 0,4495 dan 0,4505. (b) Nilai Z pada peluang 0,4495 adalah 1,64, dan nilai Z pada peluang 0,4505 adalah 1,65. Sehingga nilai Z untuk nilai peluang = 0,45 adalah :

Jadi nilai Z untuk peluang 0,45 adalah 1,645. Perlu kita perhatikan bahwa peluang 0,45 pada kurva normal ada di sebelah kanan sehingga harus kita beri tanda “plus” pada nilai Z nya. Sehingga nilai Z4 pada peluang 0,45 adalah 1,645.
Selanjutnya untuk nilai Z5 pada nilai peluang 1 adalah tak terhingga ( ~ ). Ingat salah satu karakteristik dari kurva normal adalah berasimtut/mendekati sumbu x. Dengan demikian pada luas sama dengan 1, maka x nya adalah sama dengan tak terhingga (~).
  • Menghitung Nilai Skala (Scale Value).
Rumus :

Keterangan :
Area = Daerah kurva
Density= Tinggi kurva.
Nilai-nilai density diperoleh dari tabel ordinat distribusi normal baku.

Pada langkah ke empat kita sudah mendapatkan nilai Z1, Z2, Z3, Z4 dan Z5. Selanjutnya berdasarkan nilai-nilai tersebut dan dengan bantuan tabel ordinat distribusi normal baku kita dapat memperoleh nilai density-nya. Untuk memudahkan pengerjaan, maka nilai-nilai Z yang telah diperoleh selanjutnya kita buat dalam 2 belakang koma, sesuai dengan 3 dijit angka yang ada dalam tabel Z. Oleh karena itu Z1 dari 0,6745 menjadi 0,67, Z2 dari 0,2018 menjadi 0,20, Z3 dari 0,7065 menjadi 0,71, dan Z4 dari 1,645 menjadi 1,64.
Dengan demikian nilai density nya diperoleh:
Density pada Z1 = 0,67 adalah 0,3187
Density pada Z2 = 0,20 adalah 0,3910
Density pada Z3 = 0,71 adalah 0,3101
Density pada Z4 = 0,64 adalah 0,1040
Density pada Z5 = ~ adalah 0
Untuk  memahami dari mana nilai-nilai density diperoleh, perhatikan penjelasan berikut!

Untuk menentukan nilai density dari nilai Z1 = 0,67 dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Pertama, yang harus kita lakukan adalah melihat nilai Z yang berada di kolom paling kiri dari tabel. Perhatikan, nilai Z pada tabel tertera hanya dua dijit, oleh karena itu kita hanya mengambil nilai Z1 dua dijit yaitu 0,6. Satu dijit tersisa yaitu angka 7 kita lihat pada nilai Z yang berada pada baris pertama tabel. Pada baris tersebut kita pilih angka 0,07. Setelah kita menemukan angka 0,6 dan 0,07 pada tabel. Selanjutnya adalah pada angka 0,6 kita lihat ke sebelah kanan yang sejajar dengan angka 0,6 tadi. Kemudian dari angka 0,07 kita lihat ke bawah yang sejajar dengan angka 0,07. Kalau kita pertemukan dari angka 0,6 ke kanan dan 0,07 ke bawah maka akan bertemu pada angka 0,3187. Jadi nilai density untuk Z1 = 0,67 adalah 0,3187. Dengan cara yang sama kita dapat menentukan nilai density dari Z2, Z3, Z4 dan Z5
Dengan demikian nilai skalanya (scale value) adalah:

  • Lakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dengan rumus:Y = SVi + |SVMin|. Ingat: SV yang nilainya kecil atau harga negatif terbesar diubah menjadi sama dengan satu (=1).
Untuk SV1 = -1,2748 maka Y = -1,2748 + 2,2748  = 1 (=Respon 1)
Nilai ini didapat karena SV terkecil setelah ditransformasi harus sama dengan 1, sehingga 1 – (-1,2748) = 2,2748. Nilai 2,2748 ini merupakan nilai interval yang kemudian dijumlahkan pada masing-masing SV untuk mendapatkan nilai hasil transformasi.
Sehingga SV hasil transformasi lainnya akan diperoleh : (a) Untuk SV2 = -0,4253, maka Y = -0,4235 + 2,2748 = 1,8495 (= Respon 2); (b) Untuk SV3 = 0,2379, maka Y = 0,2379 + 2,2748 = 2,5127 (= Respon 3) ; (c) Untuk SV4 = 1,0847, maka Y = 1,0847 + 2,2748 = 3,3595 (= Respon 4); (d) Untuk SV5 = 2,0800, maka Y = 2,0800 + 2,2748 = 4,3548 (= Respon 5).