Pages

Rabu, 06 Juli 2011

INTELIJEN PEMASARAN

Webster mendefinisikan intelijen sebagai berita/kabar, informasi, atau bahkan pengumpulan informasi "rahasia". Sedangkan Rosenberg mengartikannya sebagai kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan atau belajar dari pengalaman hidup.
Lalu apa kaitannya dengan pemasaran? Kaitannya ada pada informasi atau pengetahuan tentang perilaku konsumen, pesaing, saluran distribusi, kebijakan publik dan perusahaan sendiri.
Sistem intelijen pemasaran merupakan bagian dari sistem informasi pemasaran serta sangat erat kaitannya dengan sistem catatan intern perusahaan dan riset pemasaran. Kotler mendefinisikan sistem intelijen pemasaran sebagai seperangkat prosedur dan sumber yang digunakan oleh para manajer untuk mendapatkan informasi sehari-hari tentang perkembangan-perkembangan yang berkaitan dengan lingkungan pemasaran. Informasi itu dapat berasal dari dalam perusahaan sendiri, konsultan riset pemasaran, biro periklanan, pemasok, pelanggan bahkan pesaing.
Setidaknya ada empat cara pengumpulan informasi yang dapat dilakukan oleh seorang manajer yaitu pengamatan tanpa arah yang jelas, pengamatan terkondisi, pencarian secara informal dan pencarian secara formal.
Intelijen pemasaran sudah banyak dipakai secara profesional sebagai suatu alat diplomasi oleh perusahaan yang bersaing. Persaingan menjadi dasar pengembangan intelijen pemasaran, baik secara nasional maupun global.
Kapan perusahaan anda memerlukan intelijen pemasaran? Penurunan efisiensi dan kemampulabaan perusahaan, pesatnya perkembangan teknologi, perubahan budaya dan meningkatnya kerusakan dan pengrusakan adalah tanda-tandanya.
Dalam kenyataannya, intelijen pemasaran tidak selalu berjalan mulus. Kebanyakan kegagalan dipicu oleh perencanaan yang tidak akurat akibat kurang atau ketidaktepatan informasi, dana yang tidak memadai, personil yang kurang cakap serta birokrasi yang tidak jelas.

Metode intelijen pemasaran bisa sistematis atau tidak sistematis. Membaca buku, koran atau publikasi bisnis, berbincang dengan pelanggan atau manajer lain merupakan contoh metode yang tidak sistematis. Metode sistematis antara lain diwujudkan dengan melatih atau memotivasi marketer agar menjadi "mata" dan "telinga" bagi perusahaan, membeli informasi atau membangun sendiri pusat informasi pemasaran, evaluasi dan analisa, serta menyebarkan dan merespon.
Metode yang sistematis mestinya mencakup pula beberapa langkah yang sistematis pula yaitu mempersiapkan sistem, mengumpulkan informasi secara terus menerus, evaluasi dan analisa lalu menyebarkan dan merespon.
(Radix/dari kuliah umum Dr. Basu Swastha Dharmesta,MBA)
** Repost dari http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi14/intel_pems1.htm

0 komentar:

Posting Komentar